Senin, 14 November 2011

Wanita Dalam Keindahan Sebuah Kesetiaan


Kesetiaan adalah sebuah karya seni dari batin manusia yang dapat sangat membahagiakan manusia yang lain. Harganya tidak tertera dalam hitungan rupiah. Dan kesetiaan itulah yang teramat sangat langka untuk kita jumpai sekarang ini.

Kesetiaan tidak hanya berlaku hanya kepada hubungan suami dan istri, namun pada semua hubungan hati manusia lengkap dengan kepentingan mereka.

Tanyalah pada setiap batin manusia, betapa mereka pasti akan membutuhkan seseorang yang dapat dengan tulus memberikan kesetiaan kepada diri mereka.

Tapi mengapa disisi lain, ketika manusia ditempatkan pada posisi dimana dia harus memenuhi kepercayaan orang lain, atau dengan kata lain demi membahagiakan diri orang lain, seringkali manusia terjebak pada godaan main api tentang bagaimana menyalahi kesetiaan tersebut. Begitulah, bagaimanapun ceritanya, setan tak akan pernah henti membuat manusia berdosa.

Maka dari itu, dari pada kita sendiri sibuk menuntut orang lain untuk selalu memegang amanah serta kepercayaan yang kita berikan kepadanya, maka mengapa kita tidak lebih baik mewujudkan diri kita sendiri sebagai hadiah terindah yang membahagiakan mereka. Sebuah pelatihan yang baik yang akan memberikan kenyataan praktek yang indah dalam kesetiaan, adalah apabila diri kita sendiri secara sadar mengerti tentang indahnya sebuah kesetiaan.

Karena kesetiaan hanya dimiliki oleh pribadi yang mulia, karena kesetiaan itu mencerminkan pribadinya yang begitu luas menerima segala kelebihan dan kekurangan orang lain. Jiwanya yang luas menuntunnya tersenyum dan tetap berpikir positif tentang segala apa yang telah Allah gariskan kepadanya.

Karena kesetiaan hanya dimiliki oleh pribadi dengan jiwa yang kuat. Lihatlah betapa anggun tentang caranya bertahan menghadapi segala apa yang disuguhkan kepadanya. Dan sudah lumrah bila manusia dilengkapi rasa bosan, namun sebuah pelajaran tentang kesetiaan, telah mengajarkan manusia yang dilengkapi atau melengkapi batinnya dengan hal tersebut, untuk berubah menjadi ajaib dimana dengan caranya yang elegan, akan di ubahnya rasa bosan menjadi hal yang menyenangkan.

Karena kesetiaan hanya dimiliki oleh jiwa yang indah. Betapa sangat sulit ketika seseorang ditetapkan pada keadaan dimana dia harus tetap pada sebuah kesetiaan yang terkelilingi oleh keadaan yang serba berkhianat. Memang pahit pada awalnya karena dengan hal ini, dia `terpaksa` untuk pelatihan mengindahkan jiwa dan kalbunya sendiri, demi tetap pada kesetiaan.

Menjadi setia adalah memberi kedamaian kepada siapapun yang kita setia kepadanya. Menjadi setia adalah tetap menyenangkan kepada siapapun yang kita setia kepadanya. Menjadi setia adalah sebuah karunia tak terhingga bagi siapapun yang dikehendaki Allah untuk memilikinya.

Maka milikilah hak paten dari sebuah kesetiaan, yaitu dengan menjadi setia hamba Allah yang tetap lurus, atau berusaha agar selalu tetap lurus dalam keadaan apapun. Adakah yang lebih indah dari sebuah perangai dan tingkah laku seorang hamba yang hatinya tunduk patuh serta mengabdi kepada Robbnya?. Jatuh bangun adalah sesuatu yang pasti dalam sebuah mentraining diri menjadi setia, tapi yang pasti pula, bahwa sebuah perjuangan pastilah ada akhirnya, dan semoga akhir dari pribadi yang sungguh setia adalah beroleh dengan Surga. Insyaallah.

Suara Ungkap Kesetiaan Seseorang


Ingin tahu apakah pasangan Anda akan setia atau menjadi tukang selingkuh? Cek saja melalui nada suaranya!

Tampan, baik, sopan dan sudah mandiri menjadi tolak ukur yang hampir dimiliki setiap wanita saat mencari pasangan hidup. Tidak hanya itu, ada satu kriteria yang paling diinginkan para wanita, yaitu memiliki pasangan yang setia. Rasanya semua wanita menginginkan hal yang satu itu. Tentu hidup akan lebih indah jika hanya Anda yang ada di dalam hati dan pikirannya setiap saat. Mulai dari sekarang hingga rambut memutih dimakan usia yang makin menua.

Sayangnya, tak ada tolak ukur untuk menentukan apakah si tampan yang baru Anda kenal memiliki kesetiaan atau mudah memalingkan hatinya pada wanita lain. Tapi hal itu bukannya tidak mungkin, karena penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Kanada dapat membawa angin segar, dilansir oleh Genius Beauty. Penelitian tersebut menilai hubungan antara suara yang dimiliki wanita dan pria dan hubungannya dengan kesetiaan.

Penelitian tersebut dilakukan dengan cara mendengarkan rekaman suara-suara wanita dan pria yang memiliki nada beragam. Kemudian para sukarelawan yang berpartisipasi dalam penelitian tersebut diminta untuk menebak mana pemilik suara yang cenderung untuk setia pada orang yang mereka cintai dan suara mana yang cenderung untuk melakukan perselingkuhan serta melakukan ide pengkhianatan.


Data yang diperoleh membuat para peneliti menyimpulkan bahwa nada suara seseorang ternyata memiliki pengaruh langsung pada strategi memilih pasangan dan juga bagaimana seseorang akan dengan mudah melakukan pengkhianatan pada hubungan yang telah terbentuk. Para peneliti melihat bahwa mereka yang senang bermain-main dengan nada suara mereka adalah strategi seksual yang baik dan sering dilakukan untuk merayu.

Sedangkan pada saat yang sama, pria yang memiliki nada suara yang rendah adalah media yang bagus untuk memikat hati wanita sekaligus menipu mereka. Di lain sisi, para pria berpendapat bahwa wanita yang memiliki suara tinggi lebih rentan terhadap perselingkuhan. Benar atau tidaknya hasil penelitian ini, Anda yang paling tahu mengenai tingkat kesetiaan Anda dan pasangan.

Selasa, 08 November 2011

KESETIAAN





Film "Hachiko: A Dog’s Story" bercerita tentang seekor anjing yang sangat setia pada tuannya, melebihi batas kesetiaan anjing pada rata-rata.

Cerita ini bermula ketika Profesor Parker Wilson (Richard Gere) menemukan seekor anjing kecil di Stasiun Kereta Api Bedridge, Wonsocked, Amerika Serikat, tempat ia biasa pergi bekerja dan pulang dari kerja. Anjing berjenis akita itu kemudian diajaknya pulang ke rumah dan diberi nama Hachiko.

Parker dan istrinya Cate (Joan Allen) merawat anjing itu hingga Hachiko bertumbuh besar dan tiada tiada hari yang dilewatkan Parker tanpa bermain dengan Hachiko.

Suatu hari, ketika Hachiko sudah beranjak dewasa, tanpa disangka ia mengikuti Parker ke stasiun saat Parker berangkat kerja. Parker terpaksa keluar dari kereta untuk memulangkan Hachico ke rumah.

Namun, ternyata Hachico menjemputnya di stasiun pada pukul 17.00. Sejak saat itu Parker membiarkan Hachico mengantar-jemputnya di stasiun.

Para pemilik kios, pedagang, dan pejalan kaki, serta "commuter" (orang yang bekerja secara "nglaju") tercengang-cengang dengan kelakuan Hachiko yang tidak seperti anjing pada umumnya.

Semua orang orang di sekitar Stasiun Bedridge menyayangi Hachiko dan selalu menyapa anjing itu layaknya sebagai manusia.

Sampai pada satu hari, Hachiko tak menemukan kedatangan tuannya di stasiun pada pukul 17.00.

Parker Wilson ternyata meninggal karena serangan jantung ketika ia tengah mengajar, sementara Hachiko sepertinya tak pernah mengerti perihal meninggalnya Parker.

Setelah kematian Parker, Cate menjual rumahnya dan meninggalkan Bedridge. Sementara Hachiko dipelihara oleh anak perempuan Parker, Andy Wilson (Sarah Roemer).

Berulang kali Hachiko kabur dari rumah Andy untuk pergi ke stasiun, berharap ia akan menemukan tuannya kembali.

Andy selalu menjemput Hachiko di stasiun hingga pada akhirnya Andy merelakan Hachiko pergi. Hachiko tinggal di stasiun dan pada pukul 17.00, ia akan duduk di bundaran di depan stasiun, menanti kedatangan tuannya.

Keunikan tingkah laku Hachiko itu menarik perhatian orang-orang di sekitar situ, bahkan tulisan mengenainya dimuat di koran-koran sehingga kisah anjing ini menjadi legenda. Sehingga orang-orang memberi makan Hachiko secara bergantian.

Kesetiaan Hachiko bertahan hingga tahun kesepuluh meninggalnya Parker. Sampai akhirnya pada musim dingin tahun ke sepuluh, Hachiko meninggal di bundaran stasiun pada tengah malam.

Pembuatan film ini diinspirasi dari kisah nyata seekor anjing bernama Hachiko yang hidup dalam rentang waktup tahun 1923-1935 di Jepang.

Kisah yang disajikan dalam Hachiko: A Dog’s Story persis sama dengan kisah aslinya. Di Jepang, sebuah monumen berupa patung untuk mengenang kesetiaan Hachiko didirikan di depan Stasiun Shibuya.